MELANGKAH ke Museum Louvre di Paris, Prancis, ibarat terjun ke pusaran sejarah manusia. Ada kejeniusan artistik dan ambisi monumental yang berputar-putar. Selalu saja menjadi bahan perbincangan dalam ranah kebudayaan dunia.
Siang itu, kami memasuki bekas istana kerajaan. Ada rasa was-was sebab baru pertama kali berkunjung. Institusi ikonik dengan pintu masuk piramida dan kacanya yang begitu mencolok mata. Ini tempat permadani yang masih kokoh berdiri sebagai bukti perolehan dan pelestarian budaya selama berabad-abad.
Ada sejumlah mahasiswa seni tampak bersketsa ria di depan masterpieces karena tugas wajib dari universitas. Ada yang berfoto selfie di sekitar koleksi-koleksi patung yang paling terkenal di museum. Dan, ada pula yang khusyuk dalam kerumunan hanya untuk melihat daya magis sebuah lukisan.
Nah, apa sih yang benar-benar membuat Louvre terus diperbincangkan sejagat raya? Mari kita sedikit selami inti dari koleksi-koleksi yang tak tertandingi dari para seniman besar dunia yang selalu dikenang selamanya ini.
Baca juga: Mengunjungi Galeri Seni Davydkovo di Rusia
Louvre memamerkan sedikitnya 35.000 karya yang menakjubkan. Mencakup galeri dengan nama-nama seniman tertentu yang bergema secara mistis. Namun, dari semuanya selalu saja Leonardo da Vinci, pelukis Renaisans klasik, kerap kali mendapatkan perhatian khusus oleh karena mahakaryanya.
Monna Lisa (77 cm x 53 cm), karya Leonardo da Vinci di Museum Louvre, Paris. (Postmodum/CCR)
Ya, Monna Lisa atau La Joconde (77 cm x 53 cm) yang penuh teka-teki. Ia tetap menjadi ratu Louvre yang tak terbantahkan. Daya pikat La Joconde telah menarik jutaan orang dengan senyumnya yang sulit dipahami. Inilah alasan orang-orang berkunjung ke La Ville Lumière, julukan Paris yang berarti Kota Cahaya.
Pada pelawatan ini, kami mencoba untuk memahami lebih mendalam. Yaitu, ketika menengok mahakarya Da Vinci lainnya, seperti Virgin and Child with Saint Anne (130 cm x 168.4 cm) yang tenang. Ya, La Belle Ferronniè Louvre menyimpan koleksi lukisan Da Vinci terbanyak yang pernah ada. Sebuah bukti ketajaman dan kejelian mata dari Raja Francis I.
“Louvre itu kebanggaan Prancis. Menyimpan berbagai benda sejarah dari negeri kami dan dunia. Setiap orang yang datang ke Paris, wajib untuk berkunjung ke museum ini,” ujar Clotilde Beo, seorang warga Prancis, beberapa waktu lalu.
Bergerak dan berkeliling ke galeri-galeri yang mewah, skala karya pelukis seperti Paolo Veronese sangat menarik perhatian kami. Karya monumentalnya, The Wedding at Cana (6,77 m x 9,94 m), tepat di seberang Monna Lisa. Mahakarya Veronese ialah kehalusan warna dan aktivitas manusia. Menggambarkan mukjizat alkitabiah dengan kemegahan teatrikal. Ini bukti karya penceritaan yang hidup di era Renaisans.
Pelukis Prancis lewat gaya romantisme juga dapat dilihat lewat lukisan Liberty Leading the People (2,6 m x 3,25 m) karya Eugene Delacroix. Karya ini menghadirkan ikon yang mendalam dari Revolusi Juli 1830. Liberty dilukis sebagai seorang perempuan pemberontak yang memegang bendera tiga warna.
Dalam lukisan tersebut, Liberty nampak setengah telanjang. Saat ia maju ke depan, kerumunan revolusioner yang gigih sedang mengikutinya. Ia adalah personifikasi kebebasan, simbol klasik yang digunakan sepanjang sejarah seni. Energi mentah dan kekuatan alegoris Liberty menjadikannya simbol identitas nasional Prancis yang kuat.
Pengunjung melihat koleksi lukisan di Museum Louvre, Paris. (Postmodum/CCR)
Di dekatnya, The Raft of the Medusa (490 cm x 716 cm) karya Theodore Gericault, menghadapkan objek manusia dengan realismenya yang teguh. Sepintas, karya ini menggambarkan akibat mengerikan dari kecelakaan kapal. Sebuah sensasi pada masanya sehingga mendorong batas-batas ekspresi emosional dalam seni.
Memang, museum telah menjadi tempat pembelajaran tentang sejarah yang sangat menyenangkan. Orang-orang datang untuk mengisi pengetahuan mereka bahwa seni itu abadi.
Selain lukisan, koleksi patung Louvre juga sama menakjubkannya. Patung Yunani Helenistik, Venus de Milo, sangat indah. Meskipun lengannya hilang, karya ini terus memikat mata pengunjung. Bentuknya anggun dengan cita-cita kecantikan klasiknya.
Menaiki tangga, kita dapat bertemu dengan patung Kemenangan Samothrace yang dramatis dan menakjubkan, seorang dewi kemenangan bersayap tanpa kepala tampak menentang gravitasi. Sementara dari periode neoklasik, Psyche Revived by Cupid’s Kiss karya Antonio Canova menawarkan penggambaran dunia mitologis yang lembut dan diukir dengan teknik yang sempurna.
Pendekatan Modern terhadap dunia kuno
Museum Louvre juga menghadirkan dunia kuno yang meletakkan dasar bagi ledakan artistik di kemudian hari. Departemen Purbakala Mesir Louvre menyimpan harta karun seperti Sphinx Agung Tanis yang megah dan The Seated Scribe yang sangat realistis. Semua ini menawarkan pandangan sekilas yang menyentuh tentang kehidupan dan kepercayaan Mesir kuno.
Sementara itu, Departemen Purbakala Timur Dekat, menampilkan Kode Hammurabi, salah satu kode hukum paling awal yang masih ada. Berupa sebuah prasasti batu monumental yang berbicara banyak tentang peradaban manusia purba.
Louvre, jauh dari peninggalan statis, ialah entitas yang dinamis. Koleksi-koleksinya seakan membawa kita ke pusaran bagaimana karya-karya kuno dan klasik ini terus bergema di masyarakat kontemporer. Ini menjadi daya tarik tersendiri.
Ada yang menarik juga saat kami berkeling-keliling. Apa coba, tebak yuk? Nah, di salah satu sudut galeri, ada koleksi-koleksi khas Indonesia, loh. Seperti wayang kulit dan batik. Itu sebagai bagian dari diplomasi kebudayaan antara Prancis dan Indonesia.
Baca juga: Saint Petersburg, Kota Abadi dengan Permata Mahkota Budaya, The Hermitage
Koleksi patung di Museum Louvre, Paris. (Postmodum/CCR)
Pameran, baik permanen maupun musiman, sering kali menarik hubungan antara tema sejarah dan peristiwa terkini. Mengundang pengunjung untuk melihat masa lalu bukan sebagai gaung yang jauh, namun sebagai dialog yang hidup.
Louvre juga memanfaatkan platform digital. Menawarkan tur virtual dan pengalaman mendalam yang menghadirkan koleksinya yang luas kepada khalayak global. Menavigasi bentangan Louvre yang luas membutuhkan strategi, terutama dalam hal keramaian. Meskipun selalu menjadi tujuan populer, waktu-waktu tertentu menawarkan pengalaman yang lebih tenang.
Waktu terbaik untuk mengunjungi Louvre, yaitu selama musim dingin, dari November hingga Februari, tidak termasuk periode liburan Natal dan Tahun Baru. Kerumunan secara signifikan lebih sedikit, memungkinkan untuk melihat mahakarya yang lebih intim dan penjelajahan galeri yang tidak terburu-buru.
Louvre lebih dari sekadar museum. Ini adalah ziarah bagi pecinta seni, pelajaran sejarah yang ditulis secara luas, dan pusat budaya yang menarik perhatian. Melewati ruangan demi ruangan, ada rahasia yang selalu ingin diketahui oleh pengunjung.
Kami seakan-akan merasakan sebuah keajaiban koleksi Musée du Louvre yang terkenal di dunia. Di luar udara sedikit dingin. Tiupan angin sepoi-sepoi seakan kian menggores kenangan yang akan selalu bertahan seumur hidup. (P-1)