DI tengah gempuran teknologi dan kecerdasan buatan, keberadaan lomba menulis puisi yang menolak sentuhan AI menjadi semakin relevan. Lebih dari sekadar ajang kompetisi untuk mencari pemenang, lomba puisi memiliki tujuan yang jauh lebih dalam dan fundamental bagi perkembangan literasi serta jiwa manusia. 

Tak dinyana, lomba menulis puisi serupa sebuah perayaan terhadap kreativitas, keindahan bahasa, dan kemampuan manusia untuk merangkai makna dari pengalaman hidup. Tanpa intervensi AI, tujuan-tujuan ini dapat tercapai secara murni dan autentik. 

Untuk merangsang daya kreativitas generasi muda Indonesia, Postmodum akan menggelar Lomba Menulis Puisi Tanpa AI dengan tema Kreativitasku untuk Masa Depan Indonesia. Kegiatan ini direncanakan berlangsung di Kopi Ketjil – Balai Budaya, Jl. Gereja Theresia No.47, Menteng, Jakarta Pusat, pada Sabtu, 28 Juni 2025, pukul 15.00-18.00 WIB mendatang. 

Berikut ini petunjuk lomba, berupa syarat dan kriteria: (1) Peserta datang dan menulis puisi sesuai tema secara langsung di lokasi. (2) Lomba ini terbuka bagi pelajar, mahasiswa, dan masyarakat umum yang berusia 10-35 tahun. (3) Bagi peserta yang datang diharapkan untuk membayar biaya coffee & snack masing-masing. 

(4) Peserta menulis satu karya, minimal 20 kata. (5) Karya tidak mengandung unsur pornografi dan kebencian, tidak mempertentangkan suku, agama, ras, dan antar golongan (SARA), juga tidak bias gender. (6) Pengumuman pemenang dilakukan secara langsung di lokasi. (7) Apresiasi pemenang berupa uang tunai senilai Rp1 juta dan hadiah menarik lainnya. (8) Karya terpilih dan terbaik akan dipublikasikan di Sajak Kofe. 

Dua pemuisi yang didapuk untuk menilai kegiatan Lomba Menulis Puisi Tanpa AI, yaitu Advisor, Pedagog, dan Praktisi Kreativitas Dr. Ir. Antonius Tanan, MBA., Msc., M.A bersama Penyair, Editor-in-Chief, dan Kulturolog Iwan Jaconiah. 

Menggali orisinalitas dan ekspresi personal 

Salah satu tujuan utama Lomba Menulis Puisi Tanpa AI ialah mendorong penyair pemula untuk menggali orisinalitas dalam karya-karya mereka. Setiap penyair memiliki gaya, suara, dan perspektif unik yang terbentuk dari pengalaman hidup, pemikiran, dan emosi mereka. 

Lomba ini menyediakan wadah bagi penulis-penulis muda untuk mengekspresikan ekspresi personal mereka secara bebas dan tanpa batasan. Dalam sebuah dunia yang semakin homogen karena algoritma, kemampuan untuk menciptakan sesuatu yang benar-benar baru dan personal menjadi sebuah harta tak ternilai. 

Lomba menulis dapat menjadi garda terdepan dalam mempertahankan humanitas dalam karya sastra. Puisi yang ditulis oleh manusia memiliki kedalaman emosi, nuansa makna, dan koneksi spiritual yang sulit. Lomba semacam ini menegaskan bahwa seni ialah wilayah eksklusif ciptaan manusia, tempat di mana kerentanan, kegembiraan, kesedihan, dan kerumitan jiwa terekam. 

Proses penulisan puisi ialah perjalanan yang mendalam, seringkali melibatkan introspeksi, observasi, dan perjuangan untuk menemukan kata-kata yang tepat. Hal ini bukan hanya tentang hasil akhir, melainkan pengembangan pemikiran kritis, kemampuan mengolah emosi, dan ketekunan dalam menyempurnakan setiap frasa dan bait.

Tantangan untuk menghasilkan karya terbaik mendorong penyair untuk terus belajar dan berinovasi. Lomba menulis puisi ini juga berfungsi sebagai katalisator untuk membangun komunitas sastra. Ini kesempatan emas untuk saling belajar, baik melalui diskusi, kritik konstruktif, maupun sekadar menikmati karya-karya penyair lain. Interaksi ini memperkaya pemahaman tentang puisi dan memupuk semangat kolaborasi dalam dunia literasi. 

Melestarikan dan mengembangkan bahasa 

Lomba Menulis Puisi Tanpa AI berkontribusi pada upaya melestarikan dan mengembangkan bahasa itu sendiri. Para penyair ditantang untuk menggunakan kosakata secara efektif, menciptakan rima dan irama yang indah, serta menemukan metafora dan perumpamaan yang segar. Ini membantu menjaga bahasa tetap hidup, dinamis, dan relevan. 

Pada akhirnya, tujuan utama lomba ini untuk mengapresiasi keindahan dan kekuatan kata-kata yang dirangkai oleh tangan manusia. Puisi memiliki kemampuan untuk menyentuh hati, membangkitkan imajinasi, dan menawarkan sudut pandang baru tentang dunia. 

Lomba ini sebagai sebuah penegasan terhadap nilai-nilai kemanusiaan, kreativitas yang tak terbatas, dan keindahan abadi yang dapat ditemukan dalam setiap untaian kata yang lahir dari hati dan pikiran seorang penyair. Lomba ini juga sekadar pengingat penting bahwa di tengah kemajuan teknologi, sentuhan manusia dalam seni ialah sesuatu yang tak tergantikan. 

Untuk mendukung proses kreativitas bagi generasi muda di ranah perpuisian, sejumlah seniman dan sastrawan dijadwalkan untuk turut hadir secara langsung memberikan dukungan moril. Mereka, antara lain Presiden Penyair Indonesia Sutardji Calzoum Bachri, Pelukis Nasional Syahnagra Ismaill, Penyair Frans Ekodhanto Purba, dan Pembaca Puisi Renggi Putrima. Mari datang dan tulislah puisimu secara bebas dengan penuh sukacita. (P-1) 

Related Article

Leave a Comment

Recent Article