LANGIT memutih dan udara pun seakan membeku di luar gedung Teater Mariinsky. Oh, betapa indahnya; tak ada siang, tak ada malam. Selalu saja menjadi destinasi utama bagi para pelancong yang ingin menikmati pementasan balet berkelas dunia.
Ah, Teater Mariinsky! Gedung seni dan budaya yang sudah lama berdiri sejak 1783 itu, masih terlihat kokoh hingga kini. Namanya saja sudah membangkitkan keingintahuan kita tentang gambaran teater megah dan balet yang memukau dari Saint Petersburg, Rusia.
Pengajar Balet dari Teater Mariinsky Gabriela Trofimovna Komleva mengakui perkembangan balet sangat dipengaruhi oleh sejarah para pendahulu. Semua itu diwariskan kepada penari muda agar mereka dapat memahami tradisi menari yang telah berlangsung sejak lama. “Untuk menari perlu keteguhan hati, pengetahuan, dan kemampuan yang dilatih secara tekun,” ujarnya.
Selama lebih dari dua abad sejarahnya, Teater Mariinsky telah melahirkan banyak seniman hebat dunia. Pendiri sekolah opera pertunjukan Rusia Osip Petrov pernah bertugas di sini. Penyanyi-penyanyi tersohor, seperti Fyodor Chaliapin, Ivan Ershov, Nikolai Figner, dan Sofia Preobrazhenskaya juga demikian. Mereka pun pernah mengasah keterampilan dan mencapai puncak ketenaran mereka dari teater tersebut.
Begitu pula, para balerina legendaris yang bersinar di atas panggung ini. Sebut saja, Matilda Kshesinskaya, Anna Pavlova, Vaslav Nijinsky, Galina Ulanova, Rudolf Nureyev, dan Mikhail Baryshnikov. Teater Mariinsky juga telah menjadi saksi berkembangnya bakat para desainer panggung cemerlang, seperti Konstantin Korovin, Alexander Golovin, Alexander Benois, Simon Virsaladze, dan Fyodor Fyodorovsky.
Baca juga: Saint Petersburg: Kota Abadi dengan Permata Mahkota Budaya, The Hermitage
Mari sejenak menengok ke salah satu panggung di mana orkestra menyetel instrumennya. Kami memutuskan untuk menyaksikan pementasan Swan Lake suguhan dari Saint Petersburg Ballet. Setelah membeli tiket, kaki ini pun melangkah ke balkon. Tirai pun terbuka dan dua penari dari sisi belakang panggung langsung bergeliat mempesona.
Malam itu, sorotan lampu menyinari Babak I dan Babak II. Namun, Babak II sering dianggap sebagai jantung dari mahakarya abadi ini. Saat alunan melankolis oboe Tchaikovsky memenuhi aula, panggung berubah menjadi tepi danau yang diterangi cahaya bulan.
Dari bayang-bayang muncul sosok-sosok halus – korps balet. Mewujudkan pesona angsa-angsa yang rapi dalam kesatuan gerakan. Mereka seakan berbicara banyak tentang latihan keras dan dedikasi tinggi terhadap gaya klasik.
Gerakan para penari serupa puisi dalam gerak. Setiap cara mereka menggerakan lengan (port de bras) mengalir mulus ke port de bras berikutnya. Itu menciptakan garis-garis anggun yang bergelombang sehingga mencerminkan riak-riak air yang lembut.
Punggung mereka melengkung dengan kelembutan yang elegan. Leher mereka memanjang, mewujudkan bentuk angsa yang halus. Ketepatan épaulement, gerakan bahu dan kepala yang halus, menambahkan lapisan ekspresi bernuansa kesedihan mereka secara kolektif.

Sepasang penari mementaskan Swan Lake di Teater Mariinsky. (Postmodum)
Kemudian, Odette muncul. Balerina utama, dengan keanggunan yang hampir tidak seperti dunia ini, mewujudkan Ratu Angsa yang tragis. Penampilannya ditandai dengan bourrée yang halus, tampak meluncur dengan mudah di atas panggung.
Dalam adagio ikoniknya dengan Pangeran Siegfried, setiap gerakan dipenuhi dengan kerinduan dan kerentanan. Lengan yang ekspresif terulur, mendambakan kebebasan dari mantra penyihir jahat. Sementara arabesque-nya yang halus tampak membentang menuju harapan yang masih jauh dari jangkauan.
Para penari pria, memerankan pangeran dan teman-temannya, memberikan tandingan yang kuat dan elegan. Kemesraan mereka ialah sebuah studi dalam seni yang mendukung, mengangkat, dan membimbing Odette dengan penuh kelembutan. Menggarisbawahi cinta yang sedang tumbuh di antara mereka.
Variasi solo sendiri memperlihatkan kekuatan dan ketepatan yang melekat dalam teknik klasik pria. Ada gerakan jeté yang membumbung tinggi, putaran yang terkendali, dan pendaratan yang mulus. Para penari menunjukkan keperkasaan dan kehalusan gerak.
Kemurnian gaya klasik
Pertunjukan Swan Lake di Teater Mariinsky begitu memikat. Para penari memiliki komitmen yang teguh terhadap kemurnian gaya klasik. Tidak ada hiasan atau penafsiran ulang modern di sini. Sebaliknya, para penari berfokus pada eksekusi yang tepat dari setiap langkah, kejelasan garis, dan kedalaman emosi yang disampaikan melalui kosakata balet tradisional.
Para penari mewujudkan warisan Marius Petipa (1818-1910) dan Lev Ivanov (1834-1901). Dua koreografer yang pertama menghadiahkan pertunjukan ikonik ini kepada dunia. Swan Lake atau biasa lebih dikenal dengan sebutan Tarian Angsa Kecil itu menghadirkan sinkronisasi yang rumit dan kesederhanaan yang menawan. Semua ini menjadi sorotan khusus.
Dalam pertunjukan, terlihat keempat penari bergerak sebagai satu kesatuan. Lengan mereka saling terkait. Langkah-langkah mereka begitu cepat dan tepat sehingga menciptakan pola visual yang menyenangkan. Hal itu sontak membuat penonton tersenyum.
Saat pertunjukan hampir berakhir, Odette sekali lagi ditarik kembali ke dalam bayangan. Gambaran yang tertinggal ialah keindahan dan kesedihan yang mendalam. Para penari sangat memukau dalam menghadirkan gaya klasik. Mereka lihai menampilkan langkah-langkah sehingga membawa penonton ke alam yang imajinatif. Semua mengingatkan kita akan kekuatan abadi dan resonansi emosional balet dalam bentuk yang paling murni.
Tepuk tangan penonton pun menggema dan membahana saat tirai perlahan ditutup. Itu spontan untuk sebuah teknik yang cemerlang sebagai karya seni dunia yang telah menghidupkan kisah Tarian Angsa Kecil abad ini.
Malam pun bertambah malam. Sesaat kami melangkah menuruni anak-anak tangga di gedung teater. Ada setumpuk rasa kagum dalam hati tentang keuletan para penari mementaskan Swan Lake secara piawai. Di luar, udara musim semi perlahan mencucuk tetulang-tetulang ini. (P-3)